Ads

Jadi Rektor UIJ, Tukin Dosen UIN KHAS Jember Dicabut

MENJELASKAN: Rektor UIJ, Abdul Hamid Pujiono kepada reporter LPM Mitra tentang Dobel jabatan yang dijalaninya, yakni sebagai dosen tetap di UIN KHAS Jember dan Rektor  di UIJ, Senin (8/1). Fotografer: Aisyah

UIJ, lpmmitra.id- Rektor Universitas Islam Jember (UIJ) Abdul Hamid Pujiono, hingga saat ini masih berstatus dosen tetap di Universitas Islam Negeri Kyai Haji Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember. Multi jabatan itu tetap dijalankan sebab, tri darma perguruan tingginya masih berada pada kampus negeri Islam tersebut, sehingga kewajiban itu tidak bisa ditinggalkan. Hal itu dikatannya saat diwawancarai oleh reporter LPM Mitra di ruang kerjanya, Senin (8/1).

Meski sekarang jadi Rektor UIJ, dia mengatakan masih memperoleh gaji tetap sebagai dosen di UIN KHAS Jember. Hanya saja, tunjangan kinerja (Tukin) sebagai pengawai tetap di kampus negeri itu harus dicabut. ”Dicabut oleh pihak kepegawaian (UIN KHAS Jember), jadi gaji di UIJ mungkin untuk menggantikan tukin saya yang hilang,” ujarnya.

Dia mengakui kalau sekarang masih ada mahasiswa UIN KHAS Jember meminta tanda tangan, bahkan mereka rela datang di ruang kerja Rektor UIJ. Sebab disana masih jadi dosen pembimbing skripsi maupun tesis. ”Hingga saat ini masih jadi dosen pembimbing untuk melakukan skripsi maupun seminar proposal. Seperti kemarin saya ditugaskan untuk menguji tesis,” imbuh pria yang akrab disapa Pujiono ini.

Pujiono mengaku ikhlas meski tukin di UIN KHAS Jember harus dicabut, mengingat ketika Yayasan Pendidikan Nahdlatul Ulama (YPNU) memberikan mandat sebagai Rektor UIJ. Dia bilang, sulit untuk menolaknya. ”Tidak bisa melakukan penolakan. Sebenarnya saya berat, karena ini berkaitan dengan uang. Kalau bukan orang NU yang memerintah, saya tidak mau,” ulasnya.

Reporter: Febri Irawan

Editor: Tria Febriani

17 komentar:

  1. Ohh kayaknya ini yang firâl tempo hari tukang tidur!

    BalasHapus
  2. https://sinar.co.id/the-sleeping-king/#respond

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ada artikel judulnya, "The Sleeping King" judulnya. Kayaknya mahasiswa UIJ penulisnya

      Hapus
    2. Oh ini the sleeping king... Ternyata dari kampus ini

      Hapus
  3. Ganjar-Mahfud 03 menang17 Januari 2024 pukul 23.31

    Saya sempat baca. Descartes tidur jadi bapak filsafat modern. Gus Dur tidur jadi bapak pluralisme Indonesia. Beliau, si pewaris tidur dari Jember ini, apa prestasi yg diraih dgn tidurnya?

    BalasHapus
  4. https://sinar.co.id/the-sleeping-king/#respond . Keren Artikel ini...! Penulis katanya mahasiswa. Benar ta? bagus narasinya..

    BalasHapus
  5. Wah ini LPMMitra ini kelompok jurnalisnya mahasiswa UIJ. Sebagai mahasiswa UIJ, pertamanya pengen sekali gabung. Pengen sekali gabung. Awalnya tulisannya keren. Kritis dan menjadi media yang pro pada mahasiswa. Dulu pernah memberitakan penolakan rektor baru. Promahasiswa banget, hebat kakak-kakak di sana. Eh, sekarang kayak jadi cukong penguasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sorot dong, yang lain. Mutu pendidikan kita masih jongkok. Bandingkan coba dengan kampus lain. Masak enggak malu, dimpimpin rektor yang hanya terkenal tidur..

      Hapus
  6. Masak yang diberitakan masalah tukin. Ngorbankan tukin, demi NU. Gitu aja, pamer.. Ey kampus lain udah pamer kerennya pendidikan, kampus ini masih bangga soal beginian..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak usah gitu mas.. jangan hanya lihat berita ini.. sudah dari dulu, Mahasiswa UIJ sudah banyak yang berprestasi..

      Hapus
    2. Ada yang tidak terima ne....

      Hapus
    3. Bukan masalah, terima atau tidak. Berpikir obejektif lebih bijaksana dalam menilai perguruan tinggi..

      Hapus
    4. Kalau saya nie, lebih baik ganti rektor ajah tuh. biar gak rusak nama lembaga gara gara se Tu…..!!

      Hapus
    5. Mana tuh, si hamid. Kok gak muncul.

      Hapus
    6. @A. Nur Budiono
      Objektif? Samean siapa mas? Dosen atau apa?. Saya alumni kampus ini, dari Jember Timur. Saya tentu juga tahu perkembangan dan hal2 yang masih lemah di UIJ. Jangan sok ilmiah deh.. Ayo kalau berani, saya siap adu data..

      Hapus
  7. Saya sepakat mas anton. ganti saja beliau.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kenapa memangnya? Siapa yang mau diganti?

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.