Dari 'Orang Gila' Menjadi Pengusaha Sukses: Kisah Agus Supriadi dan Rumah Akar
Potret : Agus Supriadi, pemilik Rumah Akar Sidomulyo, Silo, Jember. Yang dulunya dianggap orang gila kini menjadi milyarder Jumat, (14/3). Fotografer : Dimas Bayu Yobi Syahputra.
Di sebuah desa kecil di Jawa Timur, tepatnya di lereng Gunung Raung, terletak di Desa Sidomulyo. Di desa ini hiduplah seorang pria bernama Agus Supriadi yang memiliki hobi unik dan menginspirasi. Agus, pria asal Dusun Curah Manis, berusia 35 tahun, adalah pemilik Rumah Akar, sebuah tempat yang menawarkan kerajinan tangan berbahan limbah kayu, kayu erosi, dan ranting pohon.
Agus sapaan akrabnya, mengembangkan usaha tersebut secara mandiri. Ia mengaku membuat kerajinan tersebut sendiri, karena hanya ia seorang yang memiliki usaha itu di desa tersebut. Dari jerih payahnya, saat ini Rumah Akar telah menjadi salah satu destinasi wisata yang populer di Jawa Timur. Agus telah berhasil mempekerjakan lebih dari 80 orang dari masyarakat sekitar, yang bekerja sebagai pengrajin, penjual, dan pengemas kerajinan tangan."Satu Rt yang bekerja disini, "pungkasnya.
Pria asal sidomulyo tersebut memulai hobi mengoleksi akar-akar pohon sejak tahun 2009. "Awalnya saya disebut orang gila, karena ngumpulin akar-akar, kayu erosi. Namun saya tidak pedulikan itu.Saya olah jadi berbagai kerajinan, karena itu memang hobi saya," ujar Agus saat diwawancarai (14/3).
Pada akhir tahun 2015, Agus memutuskan untuk membangun Rumah Akar, sebuah tempat yang khusus digunakan untuk mengolah dan menjual kerajinan tangan dari akar-akar pohon. Awalnya, banyak orang yang meragukan kemampuan Agus dalam mengembangkan bisnis ini. Namun, Agus tidak menyerah. Ia terus berusaha dan berinovasi dalam mengolah akar-akar pohon menjadi kerajinan tangan yang unik dan bernilai. Agus memang melihat potensi akar kayu yang melimpah di desanya. Akar kayu ini rata-rata hanya menjadi limbah kayu bakar. Namun ditangan pria lulusan Sekolah Dasar (SD) tersebut mengubah berbagai akar jati maupun kopi menjadi aneka bentuk. Mulai dari wajah manusia, binatang hingga perabotan rumah tangga, seperti meja dan kursi.
“Saya pertahankan pola asli dari akar ini dan menjadi pembeda dengan karya seni yang lain.Murni menggunakan akar-akar pohon asli seperti akar kopi, kalau di desa sini kan dibuang bergeletakan dan saya ampelas sehingga menjadi sebuah karya seni,"ulasnya.
Rumah Akar mulai dikenal oleh masyarakat lokal dan bahkan oleh turis dari luar negeri, seperti Inggris, Australia, dan Cina. Kerajinan tangan yang dijual di Rumah Akar sangat beragam, mulai dari aksesoris, dekorasi rumah, hingga furnitur. Harga kerajinan tangan di Rumah Akar juga sangat bervariasi, mulai dari Rp 25.000 hingga Rp 90 juta.
Dia juga telah berhasil mengekspor kerajinan tangan ke beberapa negara, seperti Australia dan Jepang. Ia telah menerima pesanan ekspor 150.000 ribu unit.Meskipun telah berhasil, Agus masih merasa bahwa ia tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari pemerintah setempat. Ia berharap bahwa pemerintah dapat memberikan dukungan yang lebih besar untuk pengembangan usaha kecil dan menengah, seperti Rumah Akar.
"Kami sangat berharap bahwa pemerintah dapat memberikan dukungan yang lebih besar untuk pengembangan usaha kecil dan menengah, seperti Rumah Akar," katanya.
Dengan semangat dan dedikasi, Agus terus berusaha untuk mengembangkan Rumah Akar menjadi salah satu destinasi kerajinan asli alam yang paling populer di Jawa Timur.Ia juga berharap bahwa Rumah Akar dapat menjadi contoh bagi pengembangan usaha kecil dan menengah lainnya di Indonesia. "Kami ingin membuktikan bahwa usaha kecil dan menengah dapat menjadi salah satu penggerak ekonomi yang kuat di Indonesia," ujarnya.
Dengan demikian, Agus dan Rumah Akar tidak hanya menjadi salah satu destinasi wisata yang populer di Jawa Timur, tetapi juga menjadi contoh bagi pengembangan usaha kecil dan menengah lainnya di Indonesia.
Agus juga berencana untuk mengembangkan usahanya dengan membangun sebuah pusat pelatihan kerajinan tangan.Pusat pelatihan ini akan digunakan untuk melatih masyarakat sekitar dalam membuat kerajinan tangan yang murni dari alam.
Dirinya berharap, pusat pelatihan ini akan menjadi wadah edukasi bagi masyarakat untuk melestarikan kekayaan alam dan mengembangkan keterampilan mereka dalam membuat kerajinan tangan. "Kami ingin memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dan mengembangkan keterampilan mereka dalam membuat kerajinan tangan yang berkualitas," lanjutnya.
Pusat pelatihan ini akan menawarkan berbagai program pelatihan, mulai dari dasar hingga lanjutan, untuk membantu masyarakat mengembangkan keterampilan mereka dalam membuat kerajinan tangan. Hal ini akan dibimbing langsung oleh yang berpengalaman dan memiliki keterampilan yang tinggi dalam membuat kerajinan tersebut.
Selain itu, hal tersebut juga akan menyediakan fasilitas yang lengkap, seperti ruang pelatihan, peralatan kerajinan tangan, dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat kerajinan tangan. "Kami ingin membuat pusat pelatihan ini menjadi tempat yang nyaman dan kondusif bagi masyarakat untuk belajar dan mengembangkan keterampilan mereka,saya sendiri aja ada keinginan membuat perahu Nabi Nuh dengan akar pohon," paparnya.
Agus berharap dengan adanya hal ini dapat menjadi wadah edukasi yang efektif bagi masyarakat dan dapat membantu mengembangkan skill mereka dalam membuat kerajinan tangan. "Kami ingin membuat pusat pelatihan ini menjadi tempat yang dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka dan melestarikan kekayaan alam," imbuhnya.
Dengan demikian, pusat kerajinan dari bahan akar murni yang akan dibangun oleh Agus dapat menjadi contoh yang baik dalam mengembangkan keterampilan masyarakat dan melestarikan kekayaan alam.
Pewarta : Febri Irawan
Editor : Jelita Puspa Dwi Santosa
Post a Comment