Adakan Seminar Internasional, Rektor UIJ: Islam Moderat Kunci Penting Perdamaian Global.
Potret : Kanan Rektor UIJ Ahmad Halid Ditengah Prof. Madya Dr. Anas bin Mohd Yunus, kiri Prof. Madya Dr. Najihah Binti Abdul Wahid saat memaparkan materi acara seminar internasional Kamis (25/9). Fotografer: Dok. Mitra
Universitas Islam Jember (UIJ) menggelar Seminar Internasional dengan tema Moderate Islam as Capital for Global Peace yang menghadirkan pembicara dari dalam dan luar negeri. Acara ini menjadi momentum penting dalam memperkuat peran Islam moderat wasathiyah sebagai pilar perdamaian dunia.
Rektor UIJ, Ahmad Halid, menegaskan bahwa moderasi beragama bukan sekadar wacana. Menurutnya, moderasi telah menjadi bagian dari visi kampus dalam membangun peradaban.
“Konsep yang kami tanamkan di UIJ adalah ukhuwah wathaniyah dan Islam rahmatan lil ‘alamin. Rasulullah SAW telah memberi contoh melalui Piagam Madinah bahwa perbedaan bukan untuk dipertentangkan, melainkan dijaga melalui toleransi dan kerja sama,” ujarnya saat diwawancarai di depan Aula Miftahul Ulum, Kampus I Kamis (25/9).
Pria yang akrab disapa Halid itu juga memaparkan bahwa tantangan terbesar umat Islam saat ini adalah bagaimana menyampaikan Islam sebagai agama yang membawa kemajuan dan penuh rahmat, bukan konflik. Hal ini diwujudkan melalui penguatan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja).
“UIJ telah menjalin kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi di Malaysia, Singapura, dan Thailand untuk mengembangkan pemahaman Islam yang damai dan solutif,” tambahnya.
Seminar ini juga menghadirkan Prof. Madya Dr. Anas bin Mohd Yunus, akademisi dari Malaysia. Yang menyoroti pentingnya bimbingan tasawuf dalam menyikapi konflik global, termasuk tragedi kemanusiaan di Palestina.
“Imam Al-Ghazali mengajarkan pentingnya kesatuan hati dan ruh umat. Konflik di Palestina, misalnya, tidak akan selesai jika umat Islam terus tercerai-berai. Zionisme tumbuh karena mereka bersatu dalam misi dan narasi. Umat Islam harus melakukan hal yang sama satu hati, satu suara,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti peran strategis negara-negara Muslim, termasuk Indonesia. Untuk lebih vokal dalam isu-isu kemanusiaan internasional.
“Kita harus berani bersuara, bahkan ketika negara-negara kuat seperti Amerika mengancam. Jika negara-negara Muslim saling mendukung dan bersatu, kejayaan umat bukan hal yang mustahil,” pungkasnya.
Pewarta: Febri Irawan
Editor : Jelita Puspa Dwi Santosa
Post a Comment