Ads

MAPALA Egalitarian Ledakkan Kritik di PKKMB UIJ 2025: Stop Cabuli Alam Jember!


Potret: MAPALA Egalatari saat Sosialisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Membentangkan protes sepanduk di depan ratusan mahasiswa baru di depan Aula Miftahul Ulum Kampus 1, Selasa (02/9). Fotografer : Febri Irawan 


PKKMB, www.lpmmitra.id – Suasana kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) 2025 Universitas Islam Jember (UIJ) memanas ketika Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) Egalitarian menyuarakan kritik tajam terhadap aktivitas pertambangan dan kerusakan lingkungan di wilayah Jember.

Ketua MAPALA Egalitarian, Muhammad Ridwan, memimpin aksi damai dalam sesi sosial Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dengan membentangkan spanduk bertuliskan “Tolak Semua Ketidakadilan, Termasuk Tambang.” Aksi ini menjadi bentuk penolakan keras terhadap eksploitasi alam yang dinilai telah merusak ekosistem lokal, khususnya kawasan gumuk.

“Jangan diam saat alam diperkosa. Jember dulu dikenal sebagai tanah seribu gumuk. Penelitian bahkan mencatat jumlahnya pernah mencapai 1.600. Kini tersisa sekitar 600. Ini adalah krisis ekologis,” tegas Ridwan saat diwawancarai usai acara sosialisasi, Selasa (2/9).

Data yang disampaikan Ridwan merujuk pada observasi lapangan serta riset dari Universitas Jember. Ia menekankan bahwa hilangnya gumuk dalam jumlah besar bukan hanya mengubah lanskap, tetapi juga merusak sistem penyeimbang lingkungan yang vital bagi masyarakat setempat.

“Gumuk adalah pemecah angin alami. Jika terus dihancurkan, cuaca menjadi tidak stabil. Pola hujan dan panas menjadi tak terduga. Kita sedang menyaksikan kerusakan yang disengaja,” jelas mahasiswa Prodi Bimbingan dan Konseling ini.

Tak hanya mengkritik, MAPALA juga aktif melakukan aksi nyata untuk pelestarian lingkungan. Ridwan menyampaikan bahwa organisasinya rutin mengadakan kegiatan seperti reboisasi, penanaman pohon, serta pembersihan sungai, pantai, dan kawasan wisata alam di Jember.

“Kami tidak hanya bicara soal gumuk. Setelah open rekruitment mahasiswa baru, kami adakan happy camp, dilanjutkan dengan aksi penanaman pohon. Jika gumuk dibiarkan kosong, pasti akan jadi incaran pihak tak bertanggung jawab. Maka, harus kita tanami dan lindungi,” ujar mahasiswa semester tujuh tersebut.

Ia juga mengecam sikap pasif sebagian masyarakat terhadap krisis lingkungan. Menurutnya, aksi dalam PKKMB kali ini adalah alarm keras bahwa kerusakan alam tak boleh lagi diabaikan.

“Ini bukan sekadar aksi simbolis. Ini peringatan. Kami menyerukan reboisasi dan penolakan total terhadap pertambangan yang mencabik-cabik tanah Jember,” tegasnya.

Di tengah momen yang semestinya menjadi ajang pengenalan dunia kampus, organisasi tersebut juga hadir sebagai suara nurani lingkungan.Untuk membangkitkan kesadaran mahasiswa baru untuk lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap isu-isu ekologis.

“Jangan jadi mahasiswa apatis. Kalau alam hancur, tak ada yang bisa kita banggakan dari gelar,” pungkasnya.


Pewarta : Febri Irawan 

Editor :Jelita Puspa Dwi Santosa










Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.