15 Kasus Stunting di Desa Pecoro, KKN Kolaboratif 089: Cegah Lewat Inovasi Tahu Bakso
Potrait : Akmal Faza Saifulloh, Koordinator Desa (Kordes) saat menjelaskan ide kreatif tim KKN desa Pecoro saat diwawancarai di poskonya Kamis (31/7) Fotografer : Febri Irawan
STUNTING, www.lpmmitra.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaboratif Posko 089 melakukan aksi nyata dalam menanggulangi persoalan stunting di Desa Pecoro, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember. Berdasarkan data yang dihimpun dari pihak desa, tercatat sebanyak 15 kasus stunting di wilayah tersebut. Jumlah ini menjadikan Desa tersebut masuk dalam kategori lokus stunting zona merah.
Sebagai bentuk kontribusi dalam mengatasi permasalahan tersebut, tim KKN Posko 089 mengusung pendekatan Business Model Canvas (BMC) dan sejak awal telah merancang strategi pencegahan stunting yang berbasis pada potensi lokal desa.
Salah satu inovasi yang mereka kembangkan adalah menciptakan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dengan memanfaatkan bahan pangan lokal yang mudah dijangkau, yakni tahu dan kacang panjang. Kedua bahan tersebut kemudian diolah menjadi makanan sehat bernama Tahu Bakso, yang diharapkan mampu meningkatkan asupan gizi anak-anak yang berisiko stunting.
“Kami memanfaatkan bahan lokal seperti tahu dan kacang panjang. Setelah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, ternyata kedua bahan ini bisa diolah menjadi makanan bergizi untuk anak-anak stunting,” ujar Akmal Faza Saifulloh, Koordinator Desa (Kordes) , saat diwawancarai pada Kamis (31/7).
Pria yang akrab disapa Akmal ini menjelaskan bahwa upaya mereka tidak hanya berhenti pada penyediaan makanan bergizi, tetapi juga menyasar edukasi gizi kepada masyarakat, termasuk pelatihan langsung mengenai cara membuat Tahu Bakso secara mandiri di rumah.
Lebih dari itu, pendekatan BMC juga diterapkan untuk memberdayakan masyarakat dalam menyusun rencana usaha mikro berbasis gizi dan kesehatan keluarga, sehingga program ini dapat berkelanjutan bahkan setelah masa KKN berakhir.
“Target kami bukan hanya anak-anak yang sudah mengalami stunting, tetapi juga sebagai langkah pencegahan. Dengan bahan yang mudah didapat dan proses yang sederhana, masyarakat bisa memproduksi PMT sendiri tanpa harus bergantung pada bantuan,” kata mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jember.
Pewarta : Febri Irawan
Editor : Linda Nurul Hidayah
Post a Comment